Kodetifikasi Bilangan Prima
dalam Al-qur’an[1]
Oleh:
Azizah Nur Laili dan Eki Tirtana
Zamzani
(Jurusan Pendidikan Matematika IAIN Sunan
Ampel Surabaya)
I. Pendahuluan
“Supaya Dia mengetahui, bahwa sesungguhnya
rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang
(sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung
segala sesuatu satu persatu.” (Al-Jinn 72: 28)
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Qur’an
(dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan
Kami. (Karena itu), jika Kami telah membacakannya maka ikutilah bacaannya.”(Al-Qiyamah
75 :17-18)
Kata atau
bacaan pertama di dalam al-Qur’an adalah “Iqro”. Kata tersebut secara
linguistik menunjukkan bahwa Nabi hanya mengikuti bacaan itu dan penyusunan
teks Al-Qur’an berada di luar kewenangan Nabi Muhammad saw. Al-Qur’an berbicara
Nabi atau tentang Nabi dan tidak mengizinkan Nabi berbicara atas kehendaknya
sendiri.Al-Qur’an menggambarkan dirinya sendiri sebagai sebuah kitab yang
“diturunkan” Tuhan kepada Nabi.
Penggambaran
Al-Qur’an sangat unik, setiap bacaan tersusun rapi, sempurna dan berbeda cara
penyajiannya. Dalam suatu ayat bisa saja membahas masalah keimanan, moral,
ritual, hukum, sejarah, alam, antisipasi masa mendatang, secara sekaligus
dalam satu surat. Ini memberikan daya persuasi yang lebih besar, karena semua
berlandaskan keimanan kepada Tuhan Yang Esa. Dan Jumlah surat dalam Al-Qur’an,
nama-nama tiap surat, batas-batas setiap surat dan susunan ayat-ayatnya
merupakan ketentuan yang ditetapkan dari petujuk Nabi.
Penomoran
surat dan penempatan ayat yang disusun berdasarkan petunjuk Nabi, tidaklah
sama dengan urutan turunnya wahyu. Hal ini membingungkan para mufasir klasik
selama berabad-abad dan menjadi sasaran kritik para Orientalis bahwa Al-Qur’an
dinilai tidak asli lagi, karena telah ada campur tangan manusia.
Dapat
diketahui bahwa Al Qur’an di samping susunan isinya yang rapi dan sempurna.
Kalau beberapa kata dalam Al
Quran diperhatikan dan mencoba menghitung berapa kali kata tersebut disebutkan
dalam Al
Quran, diperoleh suatu hal yang sangat menakjubkan yaitu struktur sistematikanya
matematis dengan menggunakan kodetifikasi bilangan prima.
Apakah benar
dalam Al-Qur’an terdapat kodetifikasi tertentu? Apakah mungkin dalam kitab
“antik” ada struktur matematikanya?
Al Qur’an
yang ditulis menurut aturan matematika, merupakan bukti nyata bahwa Al Qur’an
adalah benar-benar firman Allah dan tanpa campur tangan Nabi Muhammad.
Kiranya patut juga direnungi apa yang dikatakan oleh Galileo (1564-1642 AD)
bahwa . “Mathematics is the language in which God wrote the universe (Matematika
adalah bahasa yang digunakan Tuhan dalam menuliskan alam semesta ini)” ada
benarnya. Oleh karena itu, dalam pembahsan artikel ini akan dijelaskan tentang
kodentifikasi bilangan prima dalam Al Qur’an agar dapat meyakinkan kalau
Al-Qur’an firman Allah dan tanpa campur tangan manusia.
II. Pembahasan
Sejarah
bilangan prima dimulai pada zaman Mesir Kuno dengan ditemukannya sebuah catatan
yang menyatakan penggunaan bilangan prima pada zaman tersebut. Bukti lain
permulaan sejarah bilangan prima adalah sebuah catatan penelitian bilangan
prima oleh bangsa Yunani Kuno. Dalam sejarah awal perkembangannya, pengertian
bilangan prima adalah bagian dari himpunan bilangan bulat positif lebih dari 1
dan hanya mempunyai dua faktor, yaitu 1 dan bilangan itu sendiri, yang
merupakan bilangan prima adalah 2, 3, 5, 7, 11, 13, …. dan seterusnya. Banyak
bilangan prima tidak terhingga. Tidak peduli berapa banyak kita menghitung,
pasti kita akan menemukan bilangan prima, walaupun mungkin makin
jarang. Selain itu dikenal pula bilangan khusus yang disebut prima kembar,
yaitu bilangan prima yang angkanya berdekatan dengan selisih 2. Misalnya (3,5),
lalu (5,7), lalu (11,13), lalu (17,19), lalu (29,37), dan seterusnya. Bilangan
lain yang perlu diketahui bilangan komposit. Bilangan komposit adalah bilangan
asli lebih besar
dari 1 yang bukan merupakan bilangan
prima. Bilangan komposit dapat dinyatakan sebagai faktorisasi
bilangan bulat, atau hasil perkalian dua bilangan prima atau lebih.
Sepuluh bilangan komposit yang pertama adalah 4, 6, 8, 9, 10, 12, 14, 15, 16,
dan 18.
Seorang ahli
biokimia berkebangsaan Amerika keturunan Mesir dan seorang ilmuan muslim, Dr.
Rashad Khalifa pertama kali menemukan sistem matematika yang didasarkan pada
bilangan prima pada desain Al Qur’an. Dia memulai meneliti komposisi matematik
dari Al Quran pada 1968, dan memasukkan Al Qur’an ke dalam sistem komputer pada
1969 dan 1970, yang diteruskan dengan menerjemahkan Al Qur’an ke dalam bahasa
Inggris pada awal 70-an. Dia tertantang untuk memperoleh jawaban untuk
menjelaskan tentang inisial pada beberapa surat dalam Al Qur’an (seperti Alif
Lam Mim) yang sering diberi penjelasan hanya dengan “hanya Allah yang
mengetahui maknanya”.
Dengan
tantangan ini, dia memulai riset secara mendalam pada inisial-inisial
tersebut
setelah memasukkan teks Al Qur’an ke dalam sistem komputer, dengan tujuan utama
mencari pola matematis yang mungkin akan menjelaskan pentingnya inisial-inisial
tersebut. Setelah beberapa tahun melakukan riset, Dr. Khalifa
mempublikasikan temuan-temuan pertamanya dalam sebuah buku berjudul “ MIRACLE
OF THE QURAN: Significance of the Mysterious Aphabets” pada Oktober 1973
bertepatan dengan Ramadan 1393.
Berdasarkan
temuan tersebut, pada awalnya dia hanya berfikir sampai sebatas temuan tersebut
mengenai inisial pada Al Qur’an, tanpa menghubungkan frekuensi munculnya
huruf-huruf yang ada pada inisial surat dengan sebuah bilangan pembagi secara
umum (common denominator). Akhirnya, pada Januari 1974 (bertepatan dengan
ZulHijjah 1393), dia menemukan bahwa bilangan prima 19 sebagai bilangan pembagi
secara umum dalam insial-inisial tersebut dan seluruh penulisan dalam Al Qur’an
sekaligus sebagai kode rahasia Al Qur’an. Seluruh teks dalam Al Qur’an
terstruktur secara matematis yang didasarkan pada bilangan prima 19 pada setiap
elemen sebagai bilangan pembagi secara umum.
Struktur
pertama yang berhubungan dengan jumlah surat dan banyaknya juz dalam Al-Qur’an.
Jumlah surat di dalam Al-Qur’an adalah 114. Angka 114 adalah angka yang
menakjubkan karena bilangan prima ke-114 adalah 619, dan 114 adalah (6 x
19). Bilangan 619 merupakan prima kembar dengan pasangan 617. Diketahui
bahwa isi Al-Qur’an terbagi dalam 30 juz. Angka 30 adalah bilangan komposit
yang ke-19, yaitu: 4, 6, 8, 9,10,12,14, 15, 16, 18, 20, 27, 22, 24, 25,
26, 27, 28, 30.
Parity check
juga ditemukan dalam pembagian nomor surat dengan jumlah ayatnya menjadi
satu kesatuan yang tak terpisahkan. Al-Qur’an dengan 114 surat terbagi dua
susunannya. Pertama, 57 surat yang homogen, di mana nomor suratnya
sama dengan jumlah ayat yang dikandungnya, yaitu genap-genap atau
ganjil-ganjil. Contohnya dalam Surat al-Fatihah dengan nomor surat 1 atau ganjil,
jumlah ayat yang dikandungnya juga ganjil, yaitu 7 ayat dan Surat al-Baqarah
dengan nomor surat 2 atau genap, jumlah ayat 286 atau genap pula. Surat homogen
ini, jumlah nomor surat dan jumlah ayatnya adalah 6.236, atau sama banyaknya
dengan jumlah ayat al-Qur’an seluruhnya. Kedua, 57 surat yang heterogen,
di mana nomor suratnya berlawanan dengan jumlah ayatnya, yaitu genap-ganjil
atau ganjilgenap. Misalnya, Surat Ali’Imran, nomor surat 3 atau ganjil, jumlah
ayat 200 atau genap. Jumlah nomor surat dan jumlah ayatnya adalah 6.555 atau
sama dengan jumlah nomor surat dari 1 sampai dengan 114,
(1+2+3+4+….+114). Bila kedua kelompok surat ini dijumlahkan 6.236 + 6.555
=12.791, ternyata menghasilkan bilangan prima yang ke-1.525.
Apabila
Surat dalam Al-Qur’an di partisi menjadi 3 bagian. Yaitu, pada bagian pertama
dengan nomor surat yang dapat dibagi dengan 2, pada bagian kedua dengan nomor
surat yang dapat dibagi 3, sedangkan bagian ketiga dengan nomor surat yang
tidak dapt dibagi 2 dan 3. Bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Bagian/partisi
pertama dan ketiga menghasilkan jumlah surat yang sama banyaknya yaitu 38
surat. Dan bila nomor surat pada bagian/partisi pertama,kedua dan ketiga
dijumlahkan akan menghasilkan nilai seperti pada tabel. Hasilnya
penjumlahan nomor surat dari ketiga partisi sungguh menakjubkan yang merupakan
kelipatan dari bilangan prima 19.
Struktur
kedua berhubungan dengan sisipan huruf di permulaan surat (fawatih).
Dalam Al-Qur’an terdapat 29 surat dengan sisipan huruf di
permulaan surat (fawatih). Semuanya ada 14 huruf Arab yang telah
digunakan, seperti nun, shad, alif lam. Kombinasi-kombinasi huruf itu
merupakan awalan, dengan 2 surat pengecualian, hanya pada surat Makiah. Angka 29
adalah bilangan prima, bilangan ke-10.
Dilihat dari
tabel di atas ada 19 surat di mana nomor suratnya bukan bilangan prima.
Contohnya, Surat Thaha, surat nomor 20. Sisanya,10 surat, bernomor bilangan
prima: 2, 3, 7, 11, 13,19, 29, 31, 41, dan 43. Surat 19 ditempatkan pada urutan
nomor 6 dari urutan bilangan prima pada 10 surat tadi, artinya (6 x 19 =114),
sama banyaknya dengan jumlah surat al-Qur’an. Jumlahnya pun: 2 + 3 + 7 +
11+13+19+29+31+41+ 43 = 199, 199 merupakan bilangan prima ke-46. Dan pada Surat
al-’Ankabut atau “Laba-laba”, terletak di posisi tengah, dengan nomor surat 29.
Sebelumnya terdapat 14 surat fawatif dan sesudahnya juga terdapat 14 surat
fawatih. Surat fawatih ini mulai dari surat nomor 2, al-Baqarah, sampai dengan
nomor 68, Surat al-Qalam. Surat ke-5 dari tengah (15) adalah surat nomor 19,
dan surat ke-5 setelahnya adalah surat nomor 38, atau (2 x 19). Dari
Surat Maryam nomor 19 sampai akhir, ada 19 surat fawatih. Demikian pula,
sebelum Surat Shad nomor 38, terdapat 19 surat fawatih. Struktur atau
bentuk (10 + 19) surat-surat ini makin jelas, karena baik Surat Maryam maupun
Surat Shad sama-sama terletak di posisi nomor 10, dari urutan depan dan dari
urutan belakang.
Surat-surat
fawatih ini susunannya juga unik, simetris satu sama lain, dan surat nomor 29
diletakkan di tengah-tengah 29 surat. Dengan kata lain 114 surat
al-Qur’an ditandai dengan 19 surat yang membentuk bilangan prima, jumlah nomor
surat dan ayatnya. Ditandai pula dengan 29 surat fawatih, di mana dalam 29
surat itu di-enkripsi dengan 19 surat lagi berupa huruf fawatih yang merupakan
ayat tersendiri. Simetris sempurna karena surat bernomor 29 diletakkan
di tengah diapit simetris oleh surat 19 dan surat bernomor 38 atau (19
x 2). Sedangkan 85 surat tanpa sisipan huruf di permulaan surat (fawatih).
Dan 85 merupakan faktor prima 5 dan 17. Berhubungan dengan perintah shalat, 5
kali sehari berjumlah 17 raka’at.
Profesor
Bassam Jarrar menemukan bahwa, selain pengaturan jumlah huruf-huruf sisipan
tadi, turunnya surat teratur berdasarkan nomor urutan dan jumlah huruf sisipan.Pertama,
Surat al-Qalam, bernomor 68, adalah surat pertama fawatih yang turun dengan
sisipan huruf Nun. Fawatih ini tidak diulangi (hanya satu kali), karena
berikutnya surat 50, Qaf, dengan huruf qaf. Diulang kedua kalinya pada
ayat pertama surat 42, asy-Syura. Menariknya, surat ketiga yang muncul adalah
surat nomor 38, Shad, dengan huruf fawatih shad. Diulang hingga tiga
kali pula, yaitu ayat pembukaan pada surat nomor 7 dan nomor 19. Lalu, apa
artinya? Artinya, turun pertama kali, nun dipakai satu kali. Turun
kedua, qaf dipakai 2 kali. Turun ketiga, shad, dipakai 3 kali. Kedua,
Di antara surat fawatih, surat nomor 2 sampai dengan surat nomor 68, terdapat
38 surat bukan fawatih, atau (2 x 19). Bilangan 38 ini sama dengan kemunculan
huruf fawatih: Alif, Lam, Mim, dan sebagainya. Bentuk kombinasi
huruf fawatih ada 14 bentuk, sama dengan huruf Arabnya, yaitu sisipan dari: N,
Q, H, S, T, ‘A, Y, H, K, R, ‘Sh, M, L, A, seperti tabel dibawah ini.
III. Kesimpulan
Dapat
disimpulkan bahwa Al-Qur’an Al Qur’an mempunyai desain secara matematis bukan
hanya merupakan kitab pedoman bagi umat manusia tetapi juga mukjizat nyata
yang diturunkan oleh Allah dan merupakan Mahakarya Yang Tertinggi di alam
semesta. Pembahasan di atas hanyalah sebagian kecil dari ribuan bukti tentang
bilangan prima sebagai desain Al Qur’an yang dapat disajikan pada tulisan ini.
Selain itu, tulisan ini hanya memfokuskan pada contoh-contoh yang sangat
sederhana dan sedikit.
Al-Qur’an
berpandangan bahwa tidak ada kejadian atau objek di alam semesta yang terjadi
secara “kebetulan”, segala “sesuatu berdasarkan hitungan yang teliti”, seperti
dalam surat al-’adad. Struktur al-Qur’an meliputi hal yang paling sederhana
sampai hal yang rumit dan Isi dari Al Qur’an itu sendiri disusun dengan
keindahan strukturnya dan sempurna. Sulit mengatakan bahwa Al-Qur’an dibuat
oleh masyarakat pada abad ke-7, apalagi oleh Nabi Muhammad saw yang tidak
dapat membaca dan menulis, bahkan oleh manusia abad kini atau jin sekalipun.
Isinya sarat dengan makna dengan tiap surat, ayat ditempatkan dengan
“kodetifikasi” tertentu. Strukturnya matematis dan mengikuti kodetifikasi
bilangan prima.
REFERENSI
Abdullah Arik, Beyond Probability – God’s Message
in Mathematics, Journal, Submission organisation, hal. 2.
God’s Secret Formula, di akses dari situs-situs dari
Dr. Peter Plichta dari jerman:http://www.plichta.de/.
Journal of Submission Volume 8, Nomor 7 Maret 2001
Editor: R. Ali Fazely dan Miln Sulc.
Muftie, Arifin. 2004. Matematika Alam Semesta.
PT Kiblat Utama: Bandung
Rashad Khalifa PhD – Quran The Final Testament,
Journal, Submission
Swaidan. S. Numeric Miracles in Holy Qur’an. http://www.islamicity.org, diakses
tanggal 15 November 2012 pukul 12.30
http://waris007.student.umm.ac.id/sebuah-keajaiban-bersifat-matematis/,
diakses tanggal 15 November 2012 pukul 12.30
http://akuyudhipblg.blogspot.com/2012/03/asal-mula-bilangan-nol-bilangan-prima.html, diakses
tanggal 16 November 2012 pukul 10.30
[1] Artikel dibuat dalam
rangka pemenuhan tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Matematika dengan dosen
pengampu Prof. Dr. Kusaeri M.Pd di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya
tahun 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar