Islamic Integrated Curriculum dalam
Pembelajaran Matematika dengan Model Problem Based Instruction [1]
Oleh:
Intan Nur
Ismi (D04209036) & Bagus Hidayatulloh (D04209051)
(Jurusan
Pendidikan Matematika IAIN Sunan Ampel Surabaya)
I.
PENDAHULUAN
Dr.
Solehah Yaacob dan Madame Rahimah (2008), dalam salah satu makalahnya yang
dipublikasikan di International
Conference in Islamic Republic of Iran, mengungkapkan bahwa salah satu isu penting
yang dihadapi oleh dunia muslim kontemporer berakar dari masalah dualisme sistem
pendidikan, yaitu sistem sekuler yang modern dan sistem agamis yang tradisional.
Beberapa kekurangan pada kedua jenis pendidikan ini telah berhasil disorot
banyak pihak. Sistem pendidikan di berbagai negara tampaknya dirancang untuk
menghasilkan para tenaga profesional yang kekurangan nilai-nilai agama,
sementara pendidikan agama telah mengembangkan spesialis agama yang tidak dapat
berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat, tidak kritis dan responsif untuk
menangani isu-isu umat. Akibatnya, masalah dualistik ini menciptakan dilema
dalam umat Islam dan membutuhkan solusi mendesak untuk mengatasi itu.
Di
Indonesia sendiri, masalah seperti itu tergolong memiliki urgensi cukup tinggi
mengingat posisi Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim tebesar di
dunia. Menciptakan cendekiawan berakhlak tentu bukan hal mudah. Diperlukan
perombakan pada sistem pendidikan nasional yang selama ini isinya
terkotak-kotak antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama. Sistem pendidikan
yang diterapkan pemerintah selama ini terbukti kurang efektif terutama
disebabkan ilmu agama yang diajarkan tidak mampu mengaitkan relevansi materi
dengan permasalahan yang dihadapi masyarakat.
Berdasarkan
hal tersebut, pemisahan antara esensi pendidikan agama dengan pengetahuan umum
adalah hal yang harus diminimalisir. Keduanya harus bersatu dan terintegrasi.
Oleh karena itu, Integrated Islamic Curriculum
diusulkan menjadi resolusi terbaik dalam menyelesaikan masalah dualisme dalam
pendidikan Islam.
Islamic Integrated Curriculum
sendiri bukanlah kurikulum yang terfokus pada strategi pembelajaran tertentu.
Apapun model dan strategi pembelajaran bisa diterapkan. Namun dalam artikel ini
kami menawarkan model pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI). Model pembelajaran ini memiliki beberapa
keunggulan diantaranya mampu mengasah pola berpikir kritis dalam pemecahan
masalah. Kemampuan tersebut sangat urgen untuk dimiliki siswa terutama bila
diadapkan pada tantangan era globalisasi. Dan dari berbagai literatur yang ada,
model Problem Based Instruction (PBI)
bisa diterapkan pada pembelajaran matematika.
II.
PEMBAHASAN
Sebelum
membahas istilah Islamic Integrated Curriculum, kita perlu mengulas
tentang istilah Integrated Curriculum. Beberapa pengertian tentang Integrated Curriculum diungkapkan oleh
beberapa ahli.
Beane (1977) mengungkapkan, “Integrated
Curriculum as away to teach students
that attempts to break down barriers between subjects and make learning more
meaningful to students. The idea is to teach around theme, or organizing
centers that students can identify with, such as the Environment, Life in School, or more traditional areas
like Myths and Legends” (Integrated Curriculum merupakan cara untuk
mengajar siswa yang mengusahakan meniadakan batas antara mata pelajaran dan
membuat belajar lebih bermakna bagi siswa. Ide ini untuk mengajarkan apa yang
ada di sekitar mereka, atau memusatkan organisasi bahwa siswa dapat
mengidentifikasi apa yang ada lingkungan, kehidupan di sekolah atau lebih
tradisional lagi mempelajari mitos atau legenda).
Sedangkan Humphreys, Post, dan
Ellis (1981), menjelaskan “An integrated study is one in which children
broadly explore knowledge in various subjects related to certain aspects
of their environment”. (Pembelajaran
terintegrasi merupakan salah satu cara mengajar dengan memberikan keleluasaan
kepada siswa untuk menggali pengetahuan dalam berbagai variasi materi yang
terkait dengan aspek-aspek yang nyata di lingkungan mereka).
Good (1973), membuat sinonim
dari Integrated Curriculum sebagai Interdisiplinary Curriculum. Good mengungkapkan, “Another term that is often used
synonymously with integrated curiculum is interdisciplinary curriculum.
Interdisciplynary curriculum is defined in the Dictionary of education as a
curriculum organization which cuts acroos subjects-matter lines to focus upon
comprehensive life problems or broad based areas of study that brings together
the various segments of the curriculum into meaningful association” (Istilah
lain yang digunakan sebagai sinonim Integrated Curriculum adalah Interdisiplinary
Curriculum yaitu organisasi kurikulum dimana terjadi pemotongan jalur antar
mata pelajaran untuk dipusatkan pada masalah kehidupan yang meliputi
keleluasaan berdasarkan ruang lingkup belajar, yang bersama – sama membawa
berbagai macam bagian / hal ke dalam kerjasama yang penuh makna).
Berdasarkan berbagai pemaparan
diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri pokok Integrated Curriculum adalah tiadanya
batas atau sekat antramata pelajaran. Semua mata pelajaran dilebur menjadi satu
dalam bentuk unit. Misalnya dalam satu tema bahasan mengenai air kita dapat
mengintegrasikan bidang sains, sosial, matematika dan agama sekaligus. Dalam
suatu pertemuan siswa dapat mengenal jenis-jenis air yang ada di alam (aspek
sains). Dari sini siswa akan mengenal mana air yang bisa digunakan untuk
bersuci sebelum beribadah (aspek agama). Siswa juga diajak mencoba menghitung
volume air (aspek matematika). Selama pembelajaran, guru juga menekankan betapa
pentingnya air untuk kehidupan. Air adalah sumber daya yang suatu saat dapat
menjadi sangat terbatas sehingga siswa akan memahami bahwa kita tidak boleh
egois membuang buang air sementara diluar sana banyak daerah kekeringan (aspek
sosial).
Namun, Integrated
Curriculum tidak sekedar berupa keterpaduan bentuk yang melebur berbagai
mata pelajaran, melainkan juga aspek tujuan yang akan dicapai dalam belajar. Melalui keterpaduan diharapkan
dapat berbentuk pula keutuhan kepribadian anak didik yang sesuai dengan
lingkungan masyarakatnya. Oleh karena itu, apa yang diajarkan di sekolah harus
benar-benar disesuaikan dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di
masyarakat.
Suzaina Kadir (2009) dalam
makalahnya yang dipublikasikan di 3rd Redesigning Pedagogy International Conference Singapore,
menjabarkan tentang sekolah-sekolah di Indonesia yang mengadopsi Integrated Curriculum disamping
kurikulum yang telah ditetapkan secara nasional. Yang perlu disoroti yakni
ternyata sebagian besar sekolah yang mengadopsi kurikulum ini adalah sekolah
Islam. Berdasarkan hal ini muncul istilah Integrated Islamic School. Sekolah model ini mulai bermunculan sejak akhir tahun 80an.
Beberapa sekolah elit mengklaim
bahwa pembelajaran yang disajikan bukan mengarah ke pendidikan sekuler namun
pendidikan yang terintegrasi dalam lingkup Islam. Sekolah model ini mulai
menjadi tren di kalangan masyarakat. Dimana keunggulan yang ditawarkan sekolah
jenis ini antara lain bahwa siswa akan terampil dalam berbagai bidang. Salah
satunya segi bahasa, sebab sekolah yang termasuk Integrated Islamic School menggunakan dua bahasa asing yang patut dikuasai siswa
selama pembelajaran, yakni bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Contoh-contoh Integrated Islamic
School di Indonesia antara lain Al ‐ Azhar, Muthahari, Insan Cendekia, Madania, Bina Insani, Fajar Hidayah, Nurul Fikri, Salman al‐Farisi, the Jakarta
International Islamic School dan lain sebagainya.
Sebagian besar dari sekolah-sekolah
tersebut adalah bagian dari konsorsium Jaringan Sekolah Islam Terpadu
/ JSIT (Suzaina Kadir, 2009). Tanggung jawab utama JSIT adalah
untuk mengkoordinasikan dan memfasilitasi pembentukan dan pengoperasian
sekolah. Mereka menyediakan cetak biru dasar dan pedoman dan menawarkan lisensi
untuk individu atau kelompok yang ingin mendirikan sekolah seperti itu. Namun
untuk menegakkan standar kurikulum untuk semua sekolah JSIT, tidak ada buku
teks standar. Masalah ini akan dikembalikan pada kebijakan sekolah
masing-masing.
Sekolah JSIT berbeda dengan
pesantren. Mereka menawarkan program yang terintegrasi antara pendidikan umum
dan pendidikan agama. JSIT juga mengklaim berbeda dari madrasah. Mereka tidak
hanya menggabungkan pelajaran sekuler dengan pembelajaran yang Islami pilih. Sebaliknya,
mereka mempelajari pengetahuan umum berdasarkan lensa Islam.
Konsep JSIT sangat dipengaruhi
oleh ide-ide dari seorang ideolog Mesir, Hasanal-Banna. Al-Banna berkata
pendidikan adalah kunci untuk membebaskan umat Islam melalui penciptaan suatu
generasi rabbani yakni orang-orang
mengetahui keberadaan mereka sebagai makhluk dan dengan demikian mereka dapat
memahami tanggung jawab mereka untuk sesama makhluk. Bagi Hasan al-Banna,
pendidikan adalah mencetak Muslim cerdas mandiri, saleh, mampu memberikan
bimbingan yang ditetapkan oleh agama. (Suzaina Kadir, 2009).
Beberapa prinsip kurikulum yang
ditetapkan Islamic Integrated School menurut
Suzaina Kadir (2009) antara lain : (1) Pentingnya matematika, ilmu pengetahuan,
humaniora, bahasa, keterampilan (vocational) kejuruan dan seni. (2) Pendekatan
pedagogis modern dipertahankan, menekankan belajar seumur hidup, pemecahan
masalah dan berpikir kritis. (3) Buku teks dan pedoman dari pemerintah juga
digunakan tetapi banyak sekolah terpaksa mengimpor buku pelajaran dari luar
Indonesia, khususnya dalam pengajaran ilmu mathsand dari Singapura. (4) Empat
jam pelajaran untuk pelajaran agama formal yang dialokasikan untuk tingkat SD
dan lima jam pelajaran yang dialokasikan untuk SMP per minggu. (5) Pelajaran
agama termasuk pelajaran dalam teologi, hukum Islam, praktek ibadah dan
moralitas. (6) Sekolah-sekolah tersebut berbeda dengan madrasah dalam
pembelajaran Qur’an. Esensi Qur’an disisipkan dalam pengajaran sains di mana
siswa didorong untuk melihat kehadiran Allah melalui alam. (7) Nilai-nilai
agama selalu ditanamkan pada siswa di luar jam sekolah resmi melalui berbagai
kegiatan ekstra kurikuler misalnya melalui kegiatan outbond. (8) Peran guru
dalam menerapkan visi pendidikan Islam sangat penting. Guru harus bertindak
sebagai pendidik dan panduan moral (murabbi). Mereka harus kompeten dan cukup
profesional untuk memberikan pengetahuan di berbagai bidang (matematika, sains,
bahasa, humaniora, kajian Islam) dan pada saat yang sama menanamkan nilai-nilai
Islam pada siswa. Perekrutan dan pelatihan tenaga profesional dilaksanakan
dengan selektif. Sebagian besar memilih guru dari universitas Islam negeri dan
perguruan tinggi kependidikan. (9) Untuk sistem pendidikan, JSIT mengadopsi
sistem full-day, mulai pukul 07.00 dan berakhir pada pukul 15.00 s/d 16:00
setiap hari, bahkan ada yang menawarkan jam diperpanjang sampai pukul 7 malam
untuk tingkat SD. Untuk itu, sebagian besar sekolah memiliki fasilitas asrama.
Jam sekolah yang panjang bertujuan untuk memenuhi semua materi dalam kurikulum serta
menambah kelas pengayaan.
Prinsip-prinsip yang dijabarkan
diatas memang tidak merepresentasikan isi Islamic
Integrated Curriculum secara umum dan keseluruhan. Sebab kurikulum yang
diterapkan tiap sekolah tentu berbeda dan menjadi ciri khas masing-masing
sekolah. Begitu pula dengan model pembelajaran yang diterapkan tentu juga sangat
beragam. Sekolah maupun guru bebas menggunakan strategi apa saja selama mampu
menciptakan pembelajaran bermakna yang tetap berorientasi Islami.
Dalam artikel ini, kami menawarkan
salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan utama Integrated Curriculum yakni Problem Based Instruction. Telah kita
ketahui sebelumnya bahwa Integrated
Curriculum memberikan kesempatan untuk mengembangkan potensi siswa
dalam berpikir kritis dan memecahkan masalah. Dalam Integrated
Curriculum, pelajaran dipusatkan pada suatu permasalahan atau topik
tertentu, misalnya suatu masalah dimana semua mata pelajaran dirancang dengan
mengacu pada topik tertentu. Apa yang disajikan di sekolah, disesuaikan dengan
kehidupan anak di luar sekolah. Pelajaran di sekolah membantu siswa dalam
menghadapi berbagai persoalan di luar sekolah. Biasanya bentuk kurikulum
semacam ini dilaksanakan melalui pelajaran unit, di mana suatu unit mempunyai
tujuan yang mengandung makna bagi siswa yang dituangkan dalam bentuk masalah.
Untuk pemecahan masalah, anak diarahkan untuk melakukan kegiatan yang saling
berkaitan antara satu dengan yang lainnya.
Berkaitan dengan tujuan itu,
model pembelajaran Problem Based Instruction sangat cocok diterapkan. Menurut
Arends (1997, dalam Trianto, 2007:68) Problem-based
instruction adalah model
pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi
keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik. Dalam
pemrolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang topik-topik, siswa
belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah, mengorganisasikan dan
menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis data, menyusun fakta,
mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah, bekerja secara individual
atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
Ibrahim (2000) menjelaskan
bahwa tujuan utama dari PBI adalah membantu siswa mengembangkan proses
berpikirnya, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, belajar melalui
pengalaman yang menjadikan mereka mandiri.
Johar (2005, dalam Trianto 2007)
merinci langkah-langkah utama pembelajaran PBI kedalam 5 tahap:
TAHAP
|
TINGKAH LAKU GURU
|
1. Orientasi siswa pada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran, logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi
atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilih
|
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
|
Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah tersebut
|
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mendapatkan
penjelasan dan pemecahan masalah
|
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan
model, serta membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
|
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan
|
Untuk lebih memperjelas, dalam artikel ini kami akan menyajikan contoh implementasi
pembelajaran matematika yang Islami
melalui kurikulum integratif dengan model Problem
Based Instruction pada bab volume balok sebagaimana yang dipaparkan Cut
Morina (2009).
Kegiatan pembelajaran
1. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran
2. Guru mengajak siswa menggali nilai-nilai
keislaman melalui pengenalan jenis-jenis air yang suci dan mensucikan.
3. Guru mengenalkan masalah untuk dipecahkan anak.
“Sepulang belajar bersama, Hafid beristirahat
sebentar di masjid. Ia akan menunaikan shalat Ashar di masjid tersebut karena
takut waktu shalat akan habis saat ia sampai rumah. Hafid melihat bak mandi
yang ada di tempat wudhu masjid (ukuran bak mandi 1 m x 1 m x 1 m) hanya terisi
2/3 bagian saja. Ia ragu apakah air tersebut dapat digunakan untuk berwudhu?”
4. Guru menunjukkan gambar bak mandi atau
menunjukkan bentuk bak mandi di sekolahnya.
5. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan
anggota tiap kelumpok 4-6 orang.
6. Guru memotivasi siswa untuk bekerja sama dalam
kelompoknya dengan memaknai QS Al Maidah ayat 2 (tentang tolong menolong dalam
kebajikan).
7. Siswa mendiskusikan tentang penyelesaian dari
permasalahan.
8. Siswa memajang hasil diskusi kelompok.
9. Hanya kelompok yang memiliki jawaban berbeda
yang mempresentasikan hasil diskusi. Sedangkan bila jawaban seluruh kelompok
sama, maka hanya satu kelompok yang presentasi sebagai perwakilan.
10. Siswa merangkum pembelajaran dan guru memberi
penguatan.
11. Siswa menyelesaikan soal-soal latihan.
12. Siswa melakukan refleksi.
Kegiatan pembelajaran
diatas mengandung beberapa aspek terintegrasi yaitu aspek Pendidikan Agama
Islam, matematika, dan sosial. Aspek agama terpenuhi bila siswa mengetahui
aturan air yang bisa digunakan untuk bersuci, yaitu air yang tidak berwarna dan
tidak berbau. Air tersebut haruslah sekurang-kurangnya 2 qulah.
Aspek matematika
terpenuhi bila siswa mampu menyelesaikan soal sesuai dengan tahapan-tahapan
yang ada. Yang pertama adalah mengonversi satuan qulah ke dalam meter kubik
atau liter. Akan didapat bahwa 2 qulah setara dengan kira-kira 0,512 m2
atau 512 liter air. Kemudian siswa menghitung volume total bak mandi yang
berukuran 1 m x 1 m x 1 m. Dalam hal ini, siswa membutuhkan rumus volume balok.
Akan didapat bahwa volume total bak mandi sebanyak 1 m3 atau 1000
liter. Karena air yang ada di bak mandi hanya 2/3 bagian saja, berarti jumlah
air yang ada sebanyak 2/3 x 1000 liter = 666,7 liter. Dari sini siswa dapat
menentukan bahwa 666,7 liter lebih banyak dari 512 liter, sehingga air yang ada
di bak mandi tersebut melebihi dua qulah. Dengan demikian, air tersebut bisa
digunakan untuk berwudhu.
Dalam pembelajaran ini,
siswa juga akan terlatih dalam aspek sosial sebab siswa melakukan pembelajaran
ini secara berkelompok. Sehingga siswa akan belajar untuk menghargai orang
lain, saling menolong, bertoleransi, serta berani mengungkapkan pendapat.
III.
PENUTUP
Pada penerapannya, Islamic Integrated Curriculum memiliki kelebihan dan
manfaat, antara lain kemudahan belajar yang mengarah pada keterkaitan antara
berbagai disiplin ilmu. Integrated
Curriculum dapat membangun pemahaman lintas mata pelajaran dan dapat
mengapresiasikan pada tingkat pengetahuan yang lebih tinggi. Model integrasi
ini juga mampu memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa dapat belajar secara
menyenangkan. Begitu juga jika dilihat dari sisi pembentukan moral dan nilai
keagamaan. Kurikulum ini mampu mencetak generasi yang cerdas sekaligus
berakhlak mulia.
Sedangkan untuk
kendalanya, kurikulum ini sulit untuk dilaksanakan sepenuhnya karena
membutuhkan disiplin ilmu yang berbeda. Model pembelajaran ini membutuhkan
tingkat keahlian yang sangat tinggi sehingga dibutuhkan guru-guru yang mempunyai
kompetensi profesional yang sangat tinggi pula. Model kurikulum ini memerlukan tim
antar-departemen dengan perencanaan waktu mengajar yang sama sehingga antara
materi mata pelajaran yang satu dengan yang lain ada keterkaitan satu dengan
yang lainnya. Model kurikulum ini hanya dapat digunakan jika terdapat relevansi
materi antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.
Kendala lain yaitu
masalah evaluasi. Kurikulum ini kurang
memungkinkan untuk dilaksanakan ujian umum sebagaimana kurikulum pemerintah.
Terakhir, kendala sarana dan prasarana yang mungkin tidak semua sekolah
memiliki persediaan memadai.
Mengacu pada kelebihan dan keunggulan output yang
dihasilkan, Islamic Integrated Curriculum merupakan kurikulum yang bagus untuk
diterapkan di Indonesia. Oleh sebab itu, ada baiknya pemerintah mengembangkan
kurikulum semavam ini. Mengingat Integrated Curriculum sejauh ini hanya ada
pada sekolah-sekolah swasta yang membutuhkan biaya tinggi. Hendaknya pemerintah
mulai mencarikan solusi dengan membuat sekolah negeri yang menggunakan
Integrated Curriculum agar bisa dijangkau banyak kalangan.
REFERENSI
Beane, James
A. 1977. Curriculum Integration: Designing the Core
of Democratic Education. New
York: Teachers College Press.
Morina, Cut. 2009. Pembelajaran Matematika yang Islami Melalui Kurikulum Integratif dengan
Model Problem Based Instruction (PBI). Jurnal Serambi Ilmu Vol 7 No 1.
Good, C. 1973. Dictionary
of Education, Third Edition. New York: McGraw Hill.
Humphreys,
Alan, Thomas Post, and Arthur Ellis. 1981. Interdisciplinary Methods, A
Thematic Approach. Santa Monica: Goodyear.
Ibrahim, Muslimin, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Kadir, Suzaina. 2009. Emerging Trends in Islamic Education in Indonesia. Papper
published at 3rd Redesigning Pedagogy International Conference Singapore.
Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Surabaya: Prestasi Pustaka Publisher.
Yaacob, Solehah dan Rahimah, M. 2008. The Concept of an Integrated Islamic
Curriculum and its Implications for Contemporary Islamic Schools. Papper published
at International Conference in Islamic Republic of Iran organized by OIC,
ISESCO dan The Ministry Education of Islamic Republic Iran.
[1] Artikel dibuat dalam
rangka pemenuhan tugas mata kuliah Seminar Pendidikan Matematika dengan dosen
pengampu Prof. Dr. Kusaeri M.Pd di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya
tahun 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar