Kamis, 12 September 2013

Sejarah Filsafat

SEJARAH FILSAFAT


1.      Filsafat alam

Filsafat alam adalah filsafat yang bertujuan memikirkan soal alam besar (darimana terjadinya alam).

  1. Thales


Thales (624-546 M) , orang Miletus, digelari Bapak Filsafat karena dialah orang yang mula-mula berfilsafat. Gelar itu diberikan karena ia mengajukan pertanyaan yang amat mendasar, yang jarang diperhatikan orang : Apa sebenarnya bahan alam semesta ini? Ia sendiri menjawab air.

Jawaban ini sebenarnya belum tuntas karena belum dijelaskan dari apa air itu? Thales mengambil air sebagai bahan asal alam semesta karena ia melihatnya sebagai sesuatu yang amat diperlukan dan penting dalam kehidupan, dan menurut pendapatnya bumi ini terpaung di atas air. Dari pemikiran inilah terlihat bahwa akal mulai digunakan, terlepas dari keyakinan.

2. Anaximander

Anaximander (610-547 SM) menjelaskan bahwa substansi pertama pembentuk alam itu bersifat kekal, ada dengan sendirinya dan hanya satu. Ia menyebutnya sebagai apeiron. Apeiron sendiri tidak dapat dirupakan, dan tidak ada yang menyamai. Ia juga menyatakan segala yang tampak dan dapat dirasakan pancaindera itu mempunyai akhir. Semua itu terjadi dari apeiron dan kembali pula pada apeiron.

3. Anaximenes

Anaximenes (585-528 SM) merupakan murid dari Anaximander. Oleh karena itu, pemikirannya mengenai alam itu sama dasarnya dengan gurunya. Namun, ia tidak setuju dengan pandangan gurunya bahwa substansi asal itu tak ada persamaannya dengan barang yang lahir dan tak dapat dirupakan. Baginya, barang asal itu satu dan tidak berhingga, yaitu udara. Semuanya terjadi dari udara. Kalau udara diam saja, sudah tentu tidak terjadi yang lahir itu dengan berbagi ragam. Sebab itu, gerak udaralah yang menjadi sebab asalnya. Kalau udara menjadi jarang, terjadilah api. Kalau udara padat, terjadilah angin dan awan.

4. Heraclitus

Heraclitus (544-484 M) menyatakan, “engkau tidak dapat terjun ke sungai yang sama dua kali karena air sungai itu selalu mengalir”.

Menurutnya juga, alam semesta ini selalu dalam keadaan berubah. Sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Kosmos itu dinamis, tidak pernah berhenti. Ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah. Gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan. Konklusinya bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah bahannya, melainkan prosesnya.

Pernyataannya bahwa “selalu mengalir” itu juga yang mengimplikasikan pengertian bahwa kebenaran selalu berubah, tidak tetap. Pandangan ini merupakan warna daasr filsafat sofisme.

5. Parmenides

Parmenides lahir di Elea pada 540 SM. Semboyannya “hanya yang ada itu ada, yang tidak ada itu tidak.”   Dari sini dapat disimpulkan bahwa ukuran kebenaran adalah logika. Inti ajarannya yang lain, bahwa kebenaran itu ada,  bulat, dan sepenuhnya. Ajarannya berpokok kepada yang satu dan tetap.

6. Phytagoras

Phytagoras lahir tahun 580 SM. Menurut pandangannya, alam ini tersusun sebagai angka-angka. Dimana ada matematik, ada susunan, ada kesejahteraan.

2.      Filsafat sophis

Aliran filsafat sophis mulai muncul pada abad ke 5 SM. Inti ajarannya bahwa kebenaran yang sebenar-benarnya tidak tercapai (relativisme). Pengaruh positif gerakan sofisme antara lain membangkitkan semangat berfilsafat. Ia mengingatkan filosof bahwa persoalan pokok filsafat bukanlah alam, namun manusia. Mereka telah membangkitkan jiwa humanisme. Mereka tidak memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan metafisika. Ini membuka peluang bagi para filosof.

  1. Hippias


Seorang filosof dari Elis. Tahun lahirnya tidak diketahui, hanya saja ia sedikit lebih muda daripada Protagoras. Sebagai penganut sofisme, pasal yang diuraikannya kebanyakan mengenai etik. Ia menyatakan hukum negeri itu sang perkosa bagi manusia, sebab ia bertentangan dengan hukum alam. Hukum negeri menuntut pada manusia mengerjakan berbagai hal yang tidak sesuai dengan sifatnya sebagai yang diberi alam.

Hippias sendiri tidak menyuruh orang melanggar hukum negeri, maksudnya menyatakan saja. Tetapi kaum sufis angkatan muda di kemudian hari menajamkan pertentangan yang dikemukakan itu, hingga akhirnya timbul anarki.Protagoras

Protagoras menyatakan bahwa manusia adalah ukuran kebenaran. Pernyataan ini merupakan tulang punggung humanisme. Tidak jelas yang dimaksudkannya manusia individu atau manusia pada umunya. Memang dua hal itu menimbulkan konsekuensi yang berbeda. Tetapi tidak ada jawaban yang pasti mana yang dimaksudnya. Yang jelas ia menyatakan bahwa kebenaran itu bersifat pribadi. Akibatnya tidak ada ukuran absolute dalam etika, metafisika maupun agama. Bahkan teori-teori matematika tidak juga dianggapnya mempunyai kebenaran yang absolute.

2. Gorgias

Gorgias (483-375 SM) mengungkapkan tak ada yang benar baginya. Oleh sebab itu ada yang menyebutnya nihilis. Dasar yang digunakannya dalam pernyataan itu ada tiga.  Pertama, tak ada sesuatunya. Kedua, jika sekiranya ada sesuatunya, ia tidak dapat diketahui. Ketiga, jika kiranya kita mengetahui sesuatunya, pengetahuan itu tidak dapat kita kabarkan kepada orang lain.

3.      Filsafat yunani kuno

  1. Socrates


Socrates dilahirkan di Athena ( 470 S.M – 399 S.M ). Masa Socrates bertepatan dengan masa kaum sofis. Tetapi dengan sekuat tenaga Socrates menentang ajaran para sofis. Ia membela yang benar sebagai nilai obyektif yang harus dijunjung tinggi oleh semua orang.  Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori sains serta keyakinan agama.

Orang sofis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Socrates dapat membuktikan kepada orang sofis bahwa pengetahuan yang umum ada, yaitu definisi itu. Jadi, orang sofis tidak seluruhnya benar, yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus, Yang khusus itulah pengetahuan yang kebenaranya relatif. Memang ada pengetahuan yang umum, itulah definisi. Untuk membuktikan adanya kebenaran obyektif, Socrates menggunakan metode tertentu. Metode Socrates dinamakan diaelektika.

Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat “ menghentikan ” laju dominasi relatifisme kaum sofis. Kita bukan hidup tanpa pegangan, kebenaran sains dan agama dapat dipegang. Dan orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan kaidah agama mereka.

Kubu Socrates semakin kuat, orang sofis sudah semakin kehabisan pengikut. Ajaran mereka semakin ditinggalkan, orang sofis kalap, lalu menuduh Socrates merusak mental pemuda dan menolak Tuhan – Tuhan. Socrates dijatuhi hukuman mati. Ajarannya tersebar justru dengan cepat karena kematiannya itu. Orang mulai mempercayai adanya kebenaran umum.

2. Plato

Plato (427-347 SM)  lahir di atena. Ia adalah murid sekaligus teman Socrates. Plato mengatakan kebenaran umum itu memang ada. Ia bukan dicari dengan dialog induksi seperti pada Socrates, melainkan telah ada “ disana ” di alam idea.

Plato dengan ajaran ide yang lepas dari objek, yang berada di alam ide, jelas memperkuat posisi Socrates dalam menghadapi sofisme. Ide itu umum, berarti berlaku umum. Sama dengan gurunya, plato juga berpendapat bahwa selain kebenaran yang umum itu ada kebenaran yang khusus, yaitu konkretisasi di alam ini.

3. Aristoteles

Aristoteles merupakan guru dan teman plato. Ia lahir di Stagira tahun 384 SM. Di dalam dunia filsafat aristoteles terkenal sebagai bapak logika. Logikanya disebut logika modern dan juga logika formal.

Aristoteles dalam metaphysics menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaran.Sedangkan dalam hal ketuhanan, ia mengungkapkan bahwa Tuhan berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak berhubungan dengan alam ini. Ia tidak memperhatikan doa dan keinginan uamt manusia. Dalam mencintai tuhan, kita tidak usah mengharap ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi dan kita mencontoh ke sana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran kita. Pada Aristoteles kita menyaksikan pemikiran filsafat lebih maju, dasar-dasar sains diletakkan. Tuhan dapat dicapai dengan akal, namun ia percaya pada Tuhan.

4. Plotinus

Plotinus dilahirkan pada tahun 204 di mesir. Mengenai ketuhanan, ia berpendapat bahwa yang esa itu adalah yang awal, sebab pertama. Disini mulailah teori penciptaan yang terkenal itu, emanasi.

Alam semesta ini diciptakan melalui proses emanasi. Emanasi itu laksana cahaya yang beremanasi (memancar) dari matahari. Penjelasannya, yang esa itu adalah semuanya.  Tetapi tidak mengandung didalamnya satupun dari barang yang banyak (makhluk). Dasar yang banyak tidak mungkin yang banyak itu sendiri, dasar yang abnyak adalah yang esa. Di dalam yang satu itu yang banyak belum ada, sebab di dalamnya yang banyka itu tidak ada., tetapi yang banyak itu datang dari dia. Karena yang esa itu sempurna, tidak memerlukan apa-apa, maka beremanasilah dari dia yang banyak itu.

Dari pemikiran Plotinus jelas ada pemasungan akal. Ia mengatakan Tuhan bukan untuk dipahami, meleinkan untuk dirasakan. Oleh karena itu, tujuan filsafat adalah untuk bersatu dengan Tuhan. Filsafat rasional dan sains tidak penting baginya.

4.      Filsafat scholastic

Disinilah ilmuwan-ilmuwan muslim berperan penting. Aliran ini juga mengandalkan akal dalam kerangka pikirnya. Namun akal tidak sampai mendominasi hati.

  1. Al-kindi


Al-Kindi lahir pada tahun 185 H di Kuffah. Menurutnya, alam semesta ini ada illat-nya yang jauh, yang menjadikan,, yaitu Allah yang mengaturnya dan menciptakan sebagiannya sabagai illat bagi lainnya. Alam tidak mempunyai asal, kemudian menjadi ada, karena diciptakan, maka mustahil qadimnya. Dan menurutnya pula tuhan adalah keesaan belaka, tidak ada yang lain.

2. Ibnu Sina

Kemungkinan besar Ibnu Sina lahir pada tahun 370 H, di desa Afshanah, Afganistan. Ia juga termasuk yang pro pendapat Aristoteles. Menurutnya, Tuhan itu akal murni, Karena ia berpikir dalam dirinya sendiri, dan tuhan juga mengetahui selain dari dirinya sendiri. Tuhan mengetahui dasar pertama dari makhluk. Selain itu, Ibnu Sina juga merumuskan bahwa akal merupakan suatu kekuatan yang terdapat dalam jiwa. Ada dua macam akal,  yaitu akal aktif dan akal manusia. Semua pemikiran yang muncul dari manusia sendiri untuk mencari kebenaran disebut akal manusia. Sedangkan akal aktif adalah yang di luar daya kekuatan manusia, yaitu semua pemikiran manusia yang mendatang ke dalam akal manusia dari lpmpahan ilham ke tuhanan.

3. Ibnu Rusyd

Ibnu Rusyd lahir di Cordova tahun 520 H. ia memandang Aristoteles sebagai manusia sempurna dan ahli pikir terbesar. Ia setuju pada pendapat aristoteles bahwa tuhan tidak mengetahui rincian juziyat (hal-hal kecil).

4. Al-Farabi

Al-Farabi (870-950 SM) lahir di kota Farab. Filsafat Farabi sebenarnya merupakan campuran filsafat Aristoteles dan neoplatonisme dengan pikiran keislaman bercorak syi’ah imamiah. Ia menyebutkan teori emanasi bahwa tuhan itu esa. Karena itu yang keluar daripadanya juga satu wujud saja sebab emanasi itu timbul karena ilmu tuhan terhadap zatnya yang satu. Selain itu, Farabi juga membedakna wujud dalam dua hal. Yaitu wujud yang mumkin atau wujud yang nyata karena lainnya serta wajibul wujud atau wujud yang nyata dengan sendiriya.

5. Al-Ghozali

Al-Ghazali lahir pada tahun 1059 M. Al-Ghazali berpendapat bahwa alam berasal dari tidak ada menjadi ada sebab diciptakan oleh tuhan. Dan keabadian alam itu terserah kepada tuhan semata-mata. Ia juga menentang pendapat kaum filosof yang berpendapat bahwa tuhan hanya mengetahui soal-soal yang besar saja, dan tidak mengetahui yang kecil-kecil.

Disinilah terdapat perbedaan antara Al-Ghazali dengan Ibnu Rusyd. Al-Ghazali bermaksud mempertahankan kemurnian agam sedangkan ibnu rusyd bermaksud mengadakan kompromi antar filsafat dengan agama yang sepintas saling berlawanan.

5.      Filsafat modern

Abad pertengahan yang identik dengan cengkraman agama (iman Kristen) digoyahkan oleh pemikiran Descartes yang mengutamakan akal dan rasional. Descartes pula yang membangkitkan renaissance, sehingga rasionalisme yunani itu menjadi satu satunya cara berfilsafat pada zaman modern, kecuali pada kant.

Renaissance sendiri sering disebut zaman humanisme. Maksudnya ialah manusia diangkat dari abad pertengahan. Dimana pada abad pertengahan segala kebenaran diukur dengan gereja. Pada zaman renaissance ini manusia dianggap mampu mengtur dirinya dan juga dunia. Ciri lain zaman ini adalah individualis.

Paham rasionalisme mengajarkan bahwa akal itulah alat terpenting dalm memperoleh pengetahuan. Ada tiga tokoh penting dalm aliran ini, Descartes, Spinoza, dan Leibniz.

Penghargaan Descartes terhadap akal itu jelas dalam metode cogitonya. Descartes menyebut pemikirannya sebagai clear and distinct,. Sedangkan Spinoza menyebutnya adequate ideas dan Leibniz menyebutnya thrust of reason.

Rasionalisme Spinoza bergerak dari defines terhadap aksioma dan preposisi. Ujungnya antara lain alam semesta adalah tuhan. Ia berkesimpulan tuhan itu tidak memperhatikan sesuatu, tidak juga manusia. Leibniz berpendapat bahwa ruang dan waktu yang absolute harus ditolak. Oleh Karena itu, kapan alam semsta ini muncul baginya tidak relevan.

Idealism mengajarkan bahwa hakikat fisik adalah jiwa,  SPIRIT. Menurut Fichte, di belakang kita yang ada adalah absolute mind. Schelling mengungkapkan realitas itu identik dengan gerakan pemikiran yang berevolusi sacara dialektis. Ini menyiapkan langkah bagi hegel. Idealismenya terlihat dari puncak filsafatnya, yaitu gheist atau roh, jiwa. Menurutnya roh itu real, konkret, objektif. Roh itulah esensi manusia sejarah manusia.

Emprisme lain lagi. Rumusan pokok empirisme antara lain tidak ada sesuatu dalam pikiran kita selain didahului oeh pengalaman. Tokoh-tokohnya antara lain, John Locke mengatakan jiwa itu kosong, isinya hanyalah pengalaman. Empirisme Hume memuncak menjadi skeptisme tingkat tinggi. Sementar itu, Spencer menyangsikan roh, tidak mengetahui masalah-masalah metafisika.

Emmenuel Kant berbicara lain. Ia menyatakan akal ada daerahnya dan hati ada daerahnya.. sains dan agama sama-sama dapat dipegang.

Prgamatisme Peirce di tangan James merelatifkan agama dan sains. Eksistensialisme Kiekegaard di tangan Sartre menjadi ateisme. Sementara itu,  penganut Kant tetap besar jumlahnya. Kesimpulannya, pada zaman modern ini semua pemikirann ada : ateisme, idealism, rasionalisme, materialism, dan agama masing-masing ada penganutnya.

Daftar pustaka

  • Sudarsono, 1997, Filsafat Islam, Rineka Cipta, Jakarta



  • Tafsir, Ahmad, 1999, Filsafat Umum: Akal dan Hati sejak Thales sampai James, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung

  • Hatta, mohammad, 1980, Alam Pikiran Yunani, Tinta Mas, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar